Sabtu, 20 Oktober 2012

Fawatihus suwar


FAWATIH AL SUWAR dan KHAWATIM AL SUWAR

Mukaddimah
Studi atas al-Qur’an telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo dulu, termasuk para sahabat di zaman Rasulullah SAW. Hal itu tidak lepas dari disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Al-Qur’an adalah lautan ilmu yang tidak akan habis-habisnya untuk dikaji dari berbagai sisi. Di antara para ulama bahkan orientalis pun tidak ketinggalan untuk mengetahui rahasia di balik teks-teks al-Qur’an tersebut. Ada yang mencoba mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimanan, histories, bahasa dan sastra, pengkodifikasian, kemu’jizatan, penafsiran serta telaah kepada huruf-hurufnya, adapula yang mengkaji dari segi sosio-kultural dan heurmeuneutika.

Salah satu pengkajian dan sekaligus pembuktian kemukjizatan Al Qur’an adalah kajian terhadap kata-kata pembuka dan kata-kata penutup Al Qur’an. Sebagai diketahui bahwa Al Qur’an terdiri dari 114 surat, ternyata diawali dengan beberapa macam pembukaan (fawatih al-suwar) dan diakhiri dengan berbagai macam penutupan (khawatim al-suwar).





A. Fawatih al-Suwar
1. Pengertian Fawatih al-Suwar
Secara etimilogis, fawatih al Suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya berada di awal surat-surat dalam Al Qur’an. Manna Khalil Al Qhatthan dalam kitabnya Mabahits fi ulumil Qur’an mengidentikan fawatihus suwar dengan huruf-huruf yang terpisah (Al ahruful muqotho’ah).

2. Macam-macam Fawatih al-Suwar
Beberapa ulama telah melakukan penelitian tentang pembukaan surat Al Qur’an, diantaranya sebagai yang dilakukan oleh Ibnu Abi Al Asba’ menulis sebuah kitab yang secara mendalam membahas tentang bab ini, yaitu kitab Al Khaqathir Al sawanih fi Asrar Al Fawatih[1], Ia mencoba menggambarkan tentang beberapa kategori dari pembukaan-pembukaan surat yang ada di dalam surat yang ada di dalam al Qur’an. Pembagian karakter pembukaannya adalah sebagai berikut. Pertama, pujian terhadap Allah SWT. yang dinisbatkan kepada sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Kedua, dengan menggunakan huruf-huruf hijaiyah; terdapat dalam 29 surat. Ketiga,dengan menggunakan kata seru (ahrufun nida); terdapat dalam sepuluh surat. Keempat,kalimat berita (jumlah khabariyah); terdapat dalam 23 surat. Kelima,dalam bentuk sumpah (Al Aqsam); terdapat dalam 15 surat. Sedangkan menurut Badruddin Muhammad Az Zarkasy[2] Allah SWT. telah memberikan pembukaan terhadap kitab-Nya dengan sepuluh macam bentuk dan tidak ada satu surat pun yang keluar dari sepuluh macam pembukaan itu. Al Qasthalani[3] dan Abu Syamah sebagai dikutip oleh As Suyuthi[4] memaparkan sepuluh macam pembukaan tersebut walaupun ada sedikit perbedaan. Berikut adalah pemaparan yang diutarakan oleh Al Qasthalani :
a. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-istiftah bil al tsana). Pujian kepada Allah ada dua macam, yaitu :
1) Menetapkan sifat-sifat terpuji dengan menggunakan salah satu lafal berikut :
1.1. Memakai lafal hamdalah yakni dibuka dengan الحمد لله , yang terdapat dalam 5 surat yaitu : Q.S. Al Fatihah, Al An’am, Al Kahfi, Saba, dan Fathr.
1.2. Memakai lafal تبارك, yang terdapat dalam 2 surat yaitu Q.S. Al Furqon dan Al Mulk.
2) Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif (tanzih ‘an ssifatin naqshin) dengan menggunakan lafal tasbih terdapat dalam 7 surat yaitu : Q.S. Al Isra, al A’la, al Hadid, al Hasyr, as shaff, al jum’ah, dan at Taghabun.

b. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Al Ahruful Muqoto’ah).
Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surat dengan memakai 14 huruf tanpa diulang, yakni ا,ح,ر,س,ص,ط,ع,ق,,ك,ل,م,ن,ه,ي . Penggunaan surat-surat tersebut dalam pembukaan surat-surat Al Qur’an disusun dalam 14 rangkaian, yang terdiri dari kelompok berikut :
1) Kelompok sederhana, terdiri dari satu huruf, terdapat dalam 3 surat, yakni ص (Q.S. Shad), ق(Q.S. Qof) ن (Q.S. Nun).
2) Kelompok yang terdiri dari dua huruf, terdapat dalam 3 rangkaian dan 9 surat, yakni حم (Q.S. Al Mu’min, Q.S. As Sajdah, Q.S. Az Zuhruf, Q.S. Ad Duhkan, Q.S. Al Jatsiyah, dan Q.S. Al Ahqaf); طه (Q.S. Thaha); طس (Q.S. An Naml); dan يس (Q.S. Yaasin).
3) Kelompok yang terdiri dari tiga huruf, terdapat dalam 3 rangkaian dan 13 surat, yakni : الم (Q.S. Al Baqoroh, Q.S. Ali Imron, Q.S. Ar Rum, Q.S. Lukman, dan Q.S. Sajdah); الر (Q.S. Yunus, Q.S. Hud, Q.S. Ibrahim, Q.S. Yusuf, dan Q.S. Al Hijr); dan طسم (Q.S. Al Qoshosh dan Q.S. As Syu’ara).
4) Kelompok yang terdiri dari 4 huruf, terdapat dalam 2 rangkaian dan 2 surat, yakni المر (Q.S. Ar Ra’du) dan المص (Q.S. Al A’raf).
5) Kelompok yang terdiri dari 5 huruf terdapat dalam 2 rangkaian dan 2 surat, yakni كهيعص (Q.S. Maryam) dan حم عسق (Q.S. As Syu’ra).

c. Pembukaan dengan panggilan (al istiftah bin nida).
Nida ini ada tiga macam, terdapat dalam 9 surat, yaitu nida untuk Nabi يا أيها النبي),( yang terdapat dalam Q.S. Al Ahzab, At Tahrim dan At Thalaq. ياأيها المزمل) ( dalam Q.S. al Muzammil dan term ( ياأيها المدثر ); nida untuk kaum mukminin dengan term ياأيها الدين امنوا terdapat dalam Q.S. Al Maidah dan Al hujurat, dan nida untuk umat manusia ياأيهاالناس terdapat dalam Q.S. An Nisa dan Q.S. Al Hajj.
Menurut As Suyuthi[5] pembukaan dengan panggilan ini terdapat dalam 10 surat, yakni ditambah dengan Q.S. Al Mumtahanah.

d. Pembukaan dengan kalimat (jumlah) khabariyah (al istiftah bi al jumal al khabariyah).
Jumlah khabariyah dalam pembukaan surat ada dua macam, yaitu :
1) Jumlah Ismiyyah
Jumlah ismiyah yang menjadi pembuka surat terdapat 11 surat, yaitu terdapat dalam Q.S. At Taubah, Q.S. An Nur, Q.S. Az Zumar, Q.S. Muhammad, Q.S. Al Fath, Q.S. Ar Rahman, Q.S. Al Haaqqah, Q.S. Nuh, Q.S. Al Qodr, Q.S. Al Qori’ah, dan Q.S. Al Kautsar.

2) Jumlah Fi’liyyah
Jumlah fi’liyah yang menjadi pembuka surat-surat Al Qur’an terdapat dalam 12 surat, yaitu : Q.S. Al Anfal, Q.S. An Nahl, Q.S. Al Qomar, Q.S. Al Mu’minun, Q.S. Al Anbiya, Q.S. Al Mujadalah, Q.S. Al Ma’arij, Q.S. Al Qiyamah, Q.S. Al Balad, Q.S. Abasa, Q.S. Al Bayyinah, Q.S. At Takatsur.

e. Pembukaan dengan sumpah (al istiftah bil qasam).
Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surat-surat Al Qur’an ada tiga macam dan terdapat dalam 15 surat. Pembahasan selanjutnya dalam bab tersendiri.
f. Pembukaan dengan syarat (al istiftah bis syarat).
Syarat-syarat yang digunakan dalam pembukaan surat-surat Al Qur’an ada dua macam dan digunakan dalam 7 surat, yakni : Q.S. At Takwir, Q.S. Al Infithar, Q.S. Al Insiqaq, Q.S. Al Waqi’ah, Q.S. Al Munafiqun, Q.S. Al Zalzajah, dan Q.S. An Nashr.

g. Pembukaan dengan kata kerja perintah (al istiftah bil amr).
Berdasarkan penelitian para ahli, ada sekitar 6 kata kerja perintah yang menjadi pembukaan surat-surat Al Qur’an terdapat dalam Q.S. Al Alaq, Q.S. Jin, Q.S. Al Kafirun, Q.S. Al Falaq, dan Q.S. An Nas.

h. Pembukaan dengan pertanyaan (al istiftah bil istifham).
Bentuk pertanyaan ini ada dua macam, yaitu :
1. Pertanyaan positif yaitu pertanyaan dengan menggunakan kalimat positip. Pertanyaan dalam bentuk ini digunakan dalam 4 surat, yaitu : Q.S. Ad Dahr, Q.S. An Naba, Q.S. Al Ghasyiyah, dan Q.S. Al Maun.
2. Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan dengan menggunakan kalimat negatif, yang hanya terdapat dalam dua surat, yakni : Q.S. Al Insyirah dan Q.S. Al Fil.

i. Pembukaan dengan do’a (Al Istiftah bid du’a).
Pembukaan dengan doa ini terdapat dalam 3 surat, yaitu : Q.S. Al Muthaffifin, Q.S. Al Humazah, dan Q.S. Al Lahab.

j. Pembukaan dengan alasan (al istiftah bit ta’lil).
Pembukaan dengan alasan ini hanya terdapat dalam Q.S. Al Quraisy.

Selanjutnya As Suyuthi mengutip perkataan Abu Syamah yang mengatakan : “Apa yang kami telah sebutkan, dalam pembagian (pembukaan) dengan do’a dapat saja dimasukkan ke dalam pembagian khobar, begitu juga pembukaan dengan pujian seluruhnya dapat dimasukkan ke dalam jenis khobar kecuali surat Al A’la dapat dimasukkan ke dalam bagian Amr dan ayat yang didahului dengan subhaana dapat mengandung amr dan khobar”.[6]

B. Khawatim al-Suwar
Sebagaimana pembuka surat, penutup surat pun memiliki keindahan tertentu. Alasannya, penutup surat merupakan akhir kesan yang didengar (dibaca) dari surat yang bersangkutan. Oleh karena itu, penutup surat memuat kandungan yang sarat dengan makna.

1. Pengertian
Khawatim merupakan bentuk jamak dari kata khatimah, yang berarti penutup atau penghabisan. Secara bahasa, khawatim al-suwar berarti penutup surat-surat Al Qur’an. Menurut istilah khawatim al-suwar adalah ungkapan yang menjadi penutup dari surat-surat al Qur’an yang memberi isyarat berakhirnya pembicaraan sehingga merangsang untuk mengetahui hal-hal yang dibicarakan sesudahnya.

2. Macam Khawatim Al-Suwar
Imam As Suyuthi dalam membahas khawatim al-suwar tidak begitu rinci sebagaimana menerangkan fawatihus suwar. Ia menerangkan beberapa bentuk term sebagai penutup dari surat-surat tersebut. Di situ diterangkan bahwa penutup surat diantaranya berupa : do’a, wasiat faroidl, tahmid, tahlil, nasihat-nasihat, janji dan ancaman, dll.[7]

Menurut sementara penelitian terhadap penutup surat-surat al Qur’an sedikitnya fawatihus suwar ada 18 macam[8], yaitu :
a. Penutup dengan mengagungkan Allah (At Ta’dzim) terdapat dalam 17 surat, yaitu : 1). Q.S. Al Maidah, 2). Al Anfal, 3). Al Anbiya, 4). An Nur, 5). Lukman, 6). Fathr, 7). Fushilat. 8). Al Hujurat, 9). Al Hadid, 10). Al Hasyr, 11). Al Jum’ah, 12). Al Munafiqun, 13). At Thaghabun, 14). At Thalaq, 15). Al Jin, 16). Al Mudatsir, 17). Al Qiyamah, dan 18). At tin.[9]
b. Penutupan dengan anjuran ibadah dan tasbih, terdapat dalam 6 surat, yaitu : 1). Q.S. al A’raf, 2). Hud, 3). Al Hijr, 4). At Thur, 5). An Najm, dan 6). Al ‘Alq.
c. Penutupan dengan pujian (at Tahmid).[10] Terdapat dalam 11 surat. Yakni : 1). Q.S. Al Isra, 2). An Naml, 3). Yasin, 4). As Shaff, 5). As Shafat, 6). Az Zumar, 7). Al Jatsiyah, 8). Ar Rahman, 9). Al Waqi’ah, 10). Al Haqqah, dan 11). An Nashr.
d. Penutupan dengan do’a, terdapat dalam 2 surat, yaitu : 1) Q.S. Al Mu’minun, 2). Al Baqoroh..
e. Penutupan dengan wasiat, terdapat dalam 7 surat, yaitu : 1). Ar Rum, 2). Ad Dukhan, 3). As Shaff, 4). Al A’la, 5). Al Fajr, 6). Ad Duha, 7). Al ‘Ashr.
f. Penutupan dengan perintah dan masalah taqwa, terdapat dalam Q.S. Ali Imron, An Nahl, dan Al Qomar.
g. Penutupan dengan masalah kewarisan, terdapat dalam Q.S. An Nisa.
h. Penutupan dengan janji dan ancaman, di antaranya terdapat dalam Q.S. Al Mujammil, Al Humazah, dll.
i. Penutupan dengan hiburan bagi Nabi saw., terdapat dalam Q.S. Al Kautsar, Al Kafirun, dll.
j. Penutupan dengan sifat-sifat Al Qur’an, seperti dalam Q.S. Yusuf, Q.S. Shad, dan Q.S. Al Qolam.
k. Penutupan dengan bantahan (al jadl), terdapat dalam Q.S. Ar Ra’d.
l. Penutupan dengan ketauhidan, terdapat dalam Q.S. At Taubah, Q.S. Ibrahim, Q.S. Al Kahfi, Q.S. Al Qashash, dll.
m. Penutupan dengan kisah, terdapat dalam Q.S. Maryam, at Tahrim, ‘Abasa, dan Al Fil.
n. Penutupan dengan anjuran jihad, terdapat dalam Q.S. Al Haj.
o. Penutupan dengan perincian maksud, seperti terdapat dalam Q.S. Al Fatihah, As Syu’ara, At Takwir, dll.
p. Penutupan dengan pertanyaan, seperti dalam Q.S. Al Mulk dan Al Mursalat.

C. Aqsam Al Quran
Ibnu Qoyyim dengan secara khusus mengulas masalah qosam ini dalam kitabnya, yaitu at Tibyan fi Ulumil Qur’an disitu beliau membahas secara panjang lebar hal-hal yang berhubungan dengan sumpah Allah SWT. Kedudukan Qosam dalam al Qur’an ada yang di awal surat dan ada pula selain di awal surat. Dalam makalah ini, penulis membatasi aqsam yang ada kaitannya dengan fawatihus suwar.

1. Pengertian Aqsam Al Qur’an
Aqsam adalah bentuk jama’ dari qasam yang berarti al half dan al yamin yang keduanya berarti sumpah. Qasam difenisikan sebagai “mengikat jiwa (hati) agar tidak melakukan atau melakukan sesuatu, dengan ‘suatu makna’ yang dipandang besar, agung baik secara hakiki maupun secara I’tiqadi, oleh orang yang bersumpah itu”.[11] Aqsamul Qur’an, yaitu sumpah-sumpah yang disampaikan oleh Allah SWT. untuk meyakinkan kebenaran risalah yang dibawa oleh utusan-Nya, Muhammad saw.

2. Unsur-Unsur Shighat Qasam
Yang menjadi unsur-unsur sighat qasam ada tiga, yaitu : Fi’il Qosam, Muqsam bih, dan muqsam ‘alaih.
a. Fi’il Qosam
Sighat asli qasam ialah fi’il atau kata kerja “aqsama” atau “ahlafa” yang di-muta’addi(transitif)-kan dengan “ba” untuk sampai kepada muqsam bih. Oleh karena qasam sering digunakan dalam percakapan maka ia diringkas, yaitu fi’il qasam dihilangkan dan dicukupkan dengan “ba”. Kemudian “ba” pun diganti dengan “wawu’ yang dikenal dengan “wawu” qosam. Dalam fawatihus suwar, fi’il qasam digunakan dalam dua surat saja, yaitu surat Al Balad dan surat Al Qiyamah. Dan surat-surat yang diawali dengan sumpah semuanya surat Makiyyah.

b. Muqsam Bih
Muqsam bih adalah sesuatu yang digunakan untuk bersumpah, atau alat untuk bersumpah. Allah bersumpah dengan zat-Nya yang kudus dan mempunyai sifat-sifat khusus atau dengan ayat-ayat-Nya yang memantapkan eksistensi dan sifat-sifat-Nya. Dan sumpah-Nya dengan sebagian makhluk menunjukkan bahwa makhluk itu termasuk salah satu ayat-Nya yang besar. Menurut Muhammad Ahmad Ma’bad[12], Allah SWT. bersumpah dengan makhluk-Nya atas beberapa segi :
1) Sumpah dengan membuang mudof, contoh :
ÈûüÏnG9$#ur È بمعنى ورب التين
2) Orang-orang Arab sebelum turun Al Qur’an mereka mengagumi makhluk-makhluk itu dan mereka bersumpah dengannya. Maka Qur’an turun sebagaimana yang mereka ketahui.
3) Sumpah-sumpah itu keadaannya mengagungkan yang bersumpah dan memuliakannya.

c. Muqsam ‘Alaih
Muqsam ‘alaih ialah sesuatu yang karenanya sumpah diucapkan yang dinamakan dengan jawab qosam. Menurut penelaahan Ibnu Qoyyim[13]keadaan muqsam ‘alaih adalah urusan-urusan yang ghaib dan tersembunyi. Adapun urusan-urusan yang dhahir, tidak perlu disumpahi seperti adanya matahari, bulan dan sebagainya.
Adapun hakikat yang disumpahi menurut Ibnu Qoyyim[14] ada lima hal yaitu :
1) Pokok-pokok keimanan, seperti dalam Q.S. As Shofat
ÏM»¤ÿ¯»¢Á9$#ur $yÿ¹ ÇÊÈ ÏNºtÅ_º¨“9$$sù #\ô_y— ÇËÈ ÏM»uŠÎ=»­G9$$sù #·ø.ÏŒ ÇÌÈ ¨bÎ) ö/ä3yg»s9Î) Ó‰Ïnºuqs9
1. Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya
2. Dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat),
3. Dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran,
4. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa.

2) Kebenaran Al Qur’an, seperti dalam Q.S. Ad Dukhon :
üNm ÇÊÈ É=»tGÅ6ø9$#ur ÈûüÎ7ßJø9$# ÇËÈ !$¯RÎ) çm»oYø9t“Rr& ’Îû 7's#ø‹s9 >px.t»t6•B 4 $¯RÎ) $¨Zä. z`ƒÍ‘É‹ZãB ÇÌÈ $pkŽÏù ä-tøÿム‘@ä. @øBr& AOŠÅ3ym ÇÍÈ #\øBr& ô`ÏiB !$tRωYÏã 4 $¯RÎ) $¨Zä. tû,Î#Å™öãB Ç
1. Haa miim
2. Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan,
3. Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
4. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah
5. (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya kami adalah yang mengutus rasul-rasul,

3) Allah bersumpah bahwa Rasul itu benar, seperti dalam Q.S. Yasin :
û§ƒ ÇÊÈ Éb#uäöà)ø9$#ur ÉO‹Å3ptø:$# ÇËÈ y7¨RÎ) z`ÏJs9 tûüÎ=y™ößJø9$# ÇÌÈ 4’n?tã :ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡•B ÇÍÈ Ÿ@ƒÍ”\s? Í“ƒÍ•yèø9$# ËLìÏm§9$# ÇÎ
1. Yaa siin
2. Demi Al Quran yang penuh hikmah,
3. Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul,
4. (yang berada) diatas jalan yang lurus,
5. (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,

4) Allah bersumpah bahwa balasan, janji dan ancaman itu benar akan terjadi, seperti dalam Q.S. Ad Dzariyat :
ÏM»tƒÍ‘º©%!$#ur #Yrö‘sŒ ÇÊÈ ÏM»n=ÏJ»ptø:$$sù #\ø%Ír ÇËÈ ÏM»tƒÌ»pgø:$$sù #ZŽô£ç„ ÇÌÈ ÏM»yJÅb¡s)ßJø9$$sù #·øBr& ÇÍÈ $oÿ©VÎ) tbr߉tãqè? ×-ÏŠ$Ás9 ÇÎÈ ÏM»tƒÍ‘º©%!$#ur #Yrö‘sŒ ÇÊÈ ÏM»n=ÏJ»ptø:$$sù #\ø%Ír ÇËÈ ÏM»tƒÌ»pgø:$$sù #ZŽô£ç„ ÇÌÈ ÏM»yJÅb¡s)ßJø9$$sù #·øBr& ÇÍÈ $oÿ©VÎ) tbr߉tãqè? ×-ÏŠ$Ás9 ÇÎÈ ¨bÎ)ur tûïÏe$!$# ÓìÏ%ºuqs9 ÇÏÈ
1. Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat.
2. Dan awan yang mengandung hujan,
3. Dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah.
4. Dan (Malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan[1414],
5. Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar.
6. Dan Sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi.

5) Keadaan manusia, seperti Q.S. 92: 1, Q.S. 100: 1.
È@ø‹©9$#ur #sŒÎ) 4Óy´øótƒ ÇÊÈ Í‘$pk¨]9$#ur #sŒÎ) 4’©?pgrB ÇËÈ $tBur t,n=y{ tx.©%!$# #Ós\RW{$#ur ÇÌÈ ¨bÎ) ö/ä3u‹÷èy™ 4Ó®Lt±s9 ÇÍÈ
1. Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),
2. Dan siang apabila terang benderang,
3. Dan penciptaan laki-laki dan perempuan,
4. Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.


3. Macam-Macam Qasam
Qasam itu adakalanya zahir (jelas, tegas) dan adakalanya mudmar (tersembunyi, tersirat).
a. Zahir
Zahir ialah sumpah yang di dalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih. Dan di antaranya ada yang dihilangkan fi’il qasamnya, sebagaimana pada umumnya, karena dicukupkan dengan huruf jarr berupa “ba”, “wawu” dan “ta”.


b. Mudmar
Yaitu yang di dalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak pula muqsam bih, tetapi ia ditunjukkan oleh “lam taukid” yang masuk ke dalam jawab qosam, seperti firman Allah dalam Q.S. Ali Imron: 186
žcâqn=ö7çFs9 þ’Îû öNà6Ï9ºuqøBr& öNà6Å¡àÿRr&ur
(kamu sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu). Maksudnya, Demi Allah, kamu sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.

4. Faedah Qosam
Al Qur’anul Karim diturunkan untuk seluruh manusia, dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadapnya. Di antaranya ada yang meragukan, ada yang mengingkari dan ada pula yang amat memusuhi. Karena itu dipakailah qasam dalam kalamullah, guna menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan kabar dan menetapkan hukum dengan cara paling sempurna.
Sebagaimana diterangkan di atas, bahwa pada fawatihus suwar terdapat qasam, karena yang dihadapi adalah orang-orang Arab Jahillyah yang notabene mereka meragukan keesaan Allah SWT. dan kebenaran Nabi Muhammad saw. Gibb mengatakan :”Pada awal Muhammad saw. menyiarkan agama, wejangan-wejangan dikeluarkan dalam gaya orakel yang ngotot, berbentuk kalimat pendek bersajak, kerap kali samar, dan kadang-kadang didahului oleh satu atau beberapa sumpah menurut adat” [15] Sementara itu mereka mengagumi ciptaan-ciptaan-Nya. Maka Allah SWT. memakai sumpah-sumpah dengan apa yang mereka kagumi.

D. Kaitan Fawatihus suwar, Khawatimus suwar dan Aqsam dengan pesan surat

Al Qur’an memang benar-benar wahyu dari Allah SWT. yang mengandung mukjizat ditinjau dari berbagai segi, termasuk dengan pembuka dan penutup surat-surat yang para ulama berusaha mengungkap rahasia-rahasia di balik itu semua.
Menurut Ahli bayan dari segi balaghah, fawatihus suwar merupakan husnul ibtida karenanya kalimat pertama merupakan kalimat yang akan mempengaruhi hati si pendengar, sebagai kesan pertama. Begitu juga dalam Khawatim, dengan penutup yang indah akan memberikan kesan yang indah yang akan membuat si pendengar penasaran ingin mendengarkan selanjutnya. Kata As Suyuthi[16] dengan sampainya pada penutup surat, pembaca sangat puas atas uraian yang telah dikemukakan oleh surat bersangkutan sehingga tidak ada perasaan heran yang tersisa.

Sebagaimana telah disebutkan bahwa di antara Fawatihus suwar adalah huruf-huruf muqoto’ah yaitu huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: alif laam miim, alif laam raa, alif laam miim shaad dan sebagainya. Di dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan : Diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. Di bawah ini adalah beberapa pendapat tentang fawatihus suwar (al ahruful muqoto’ah) :
Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, sebagaimana pendapat Abdurrhman bin Zaid bin Aslam.[17]
Golongan yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.[18]
Golongan yang berpendapat bahwa ia itu adalah nama dari nama-nama Allah Ta’ala. Pendapat ini dikemukakan oleh Salim bin Abdullah dan As Sudy yang bersumber dari Ibnu Abbas dengan menerangkan alif laam miim dengan alif (Ana) lam (Allah), mim (a’lamu).[19]
Ar Razi mengutip pendapat Abul Aliyah yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu isyarat mengenai masa keberadaan kaum yang diterangkan dalam surat tersebut. Misalnya alif masa satu tahun lam 30 tahun dan min 40 tahun.[20]
Menurut Al Hubbi, awal surat yang berupa merupakan bentuk peringatan kepada Nabi SAW. Dikatakan bahwa Allah mengetahui bagian-bagian waktu yang nabi sebagai seorang manusia kadang sibuk. Maka dari itu Jibril menyampaikan Firman Allah seperti alif lam min dengan suara Jibril, supaya nabi menerima dan memperhatikannya.[21]

Dr. Nashr Hamid menerangkan, "apabila dikoleksi pendapat-pendapat mengenai huruf-huruf muqoto'ah maka akan mencapai tiga belas ta'wil. Dan masing-masing ulama tidak dapat memaksakan pendapatnya pada satu pendapat".[22]

Dalam Kitab Al Qowaidul Hisan fit Tafsiril Qur’an[23] disebutkan Allah SWT. menutup ayat-ayat-Nya dengan Al Asmaul Husna dengan tujuan menjelaskan bahwasanya hukum yang disebutkan dalam surat tersebut berkaitan dengan Nama-Nya. Selanjutnya di dalam kitab tersebut disebutkan kalau kita mencermati ayat-ayat yang diakhiri dengan Asmaul Husna, kita akan mendapati bahwasanya syari’at, perintah dan makhluk semuanya berasal dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya, yang kita terikat dengannya.

Ada keserasian yang mendalam antara pembuka, ayat setelahnya bahkan dengan penutup surat yang bersangkutan. Sebagai contoh di dalam surat al-fatihah ada ayat yang berbunyi :
$tRω÷d$# xÞºuŽÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$# ÇÏÈ
Artinya, “Tunjukilah Kami jalan yang lurus”.

Ayat di atas mengandung permohonan untuk memperoleh hidayah. Dalam surat al-Baqoroh, Allah SWT. Mengabulkan permohonan tersebut dengan membuka dengan tiga huruf yang terpotong-potong disambung dengan ayat keduanya yang menerangkan bahwa petunjuk yang dipinta itu adalah al-Qur’an yang tidak diragukan lagi. Selanjutnya diterangkan berbagai aturan-aturan yang harus dijalankan. Maka sebagai manusia yang lemah, maka Allah menuntun kepada kita di akhir surat al-Baqoroh itu dengan do’a, permohonan agar jangan diberi beban yang terlalu berat, agar dikuatkan dalam melaksanakannya, dan agar diberi pertolongan dalam mengemban tugas tersebut dari gangguan-gangguan orang-orang yang tidak suka petunjuk Allah tegak di muka bumi ini. Wallahu a’lam bis showab.
Selanjutnya pembahasan secara detail yang berhubungan dengan kaitan ayat dengan ayat, surat dengan surat akan dibahas pada materi Munasabah bainal ayat wal ayat ….




E. Nilai-nilai pendidikan dalam Fawatihus suwar, Khawatimus suwar dan Aqsamul qur’an
Kondisi peserta didik bermacam ditinjau dari berbagai sisi. Oleh sebab itu perlu diadakan pendekatan-pendekatan dan metode-metode yang mengantarkan peserta didik sampai pada tujuan yang ingin ia capai. Dalam Fawatihus suwar dan khawatimus suwar kita dapat menemukan formula-formula dalam metode didaktik.
Di dalam Fawatih dan Khawatim, kita dapat mempelajari bagaimana tekhnik membuka dan menutup suatu pelajaran.
Appersepsi yang berarti menafsirkan buah pikiran dikenal dalam dunia pendidikan sebagai prakondisi sebelum siswa masuk pada materi pembelajaran. Menurut Herbart[24], Appersepsi adalah memperoleh tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada. Disini terjadi asosiasi antara tanggapan yang baru dengan yang lama. Appersepsi membangkitkan minat dan perhatian untuk sesuatu.
Dalam kaitannya dengan fawatih, salah satu pendapat bahwa huruf muqoto'ah adalah membangkitkan minat orang-orang Arab untuk memperhatikan apa kelanjutan dari huruf-huruf tersebut.
Dalam Fawatih dan Khawatim terdapat model pertanyaan. Diungkapkan oleh S. Nasution, bahwa pertanyaan itu penting di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan, kesangsian, keragu-raguan adalah sumber aktivitas mental. Pertanyaan adalah stimulus yang mendorong anak untuk berpikir dan belajar. Selanjutnya beliau menerangkan sebelas fungsi dan tujuan pertanyaan di antaranya :
1. Membangkitkan minat untuk sesuatu, sehingga timbul keinginan untuk mempelajarinya;
2. Mengubah pendirian, kepercayaan atau prasangka yang tak sesuai.
3. …[25]

Dalam proses belajar mengajar ada komponen yang tidak kalah pentingnya yaitu evaluasi. Evaluasi yaitu tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu, atau dapat diartikan sebagai tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan.[26] Salah satu contoh dari Khawatimus suwar, perhatikan akhir surat berikut :
ö@è% ÷Läê÷ƒuäu‘r& ÷bÎ) yxt6ô¹r& ö/ä.ät!$tB #Y‘öqxî `yJsù /ä3‹Ï?ù'tƒ &ä!$yJÎ/ ¤ûüÏè¨B ÇÌÉ
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; Maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?".[27]

Kesimpulan dan Khatimah
Dalam pembahasan ini, setidaknya ada 3 kesimpulan yang dapat kita ambil, yaitu :
Al Qur'an memang benar-benar wahyu Allah SWT.
Dalam membuka dan menutup surat-surat, Allah SWT. Menggunakan beberapa metode yang dapat diformulasikan sebagai metode didaktik Allah kepada Nabi Muhammad dan kepada umat-Nya.
Metode-metode pembuka dan penutup surat dapat diaplikasikan dalam proses KBM.

Demikianlah makalah yang sederhana ini disusun, mudah-mudahan ada guna dan manfaatnya.














[1] Muhammad Chirzin, Al Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogya: Dana Bhakti Prima Yasa, 1998), hal. 62.
[2] Az Zarkasyi, Al Burhan fi ulumil Qur’an (CD Rom Maktabah Syamilah), Juz I hal. 164.
[3] Sebagai dikutip oleh Supiana, M.Ag dan M. Karman, M.Ag dalam Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), hal. 172.
[4] Lihat As Suyuthi dalam Al Itqon fi ulumil quran ( Beirut: Darul fikr, t.t.), juz 2 hal. 105.
[5] Ibid., juz 2 hal. 106.
[6] Ibid.
[7] Ibid., juz 2 hal. 107.
[8] Supiana, ibid., hal. 178.
[9] Surat ini dapat pula dimasukkan ke dalam bentuk penutupan dengan pertanyaan.
[10] Penutupan ini tidak persis di akhir surat, tetapi pada sebelumnya.
[11] Manna’ul Qoththon, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an (Bogor: Litera Antar Nusa, 1992), hal. 410.
[12] Muhammad Ahmad Ma’bad, Nafhaat min Ulumil Qur’an (Mesir: Darus Salam, 1996), hal. 97.
[13] Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, at Tibyan fi Alsamil Qur’an (Beirut: Darul Fikr, t.t.), hal. 3.
[14] Ibid., hal. 4.
[15] Lihat Islam dalam Lintasan Sejarah oleh Sir Hamilton Alexander Rosskeen Gibb Penerbit Bhratara Karya Aksara - Jakarta 1983
[16] Muhammad bin Alawy, Zubdah al Itqon fi ulumil Qur'an (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal. 299.
[17] Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’anil ‘Adzim (Bandung, Diponegoro, 1991), juz 1 hal. 61.
[18] Qur'an in word
[19] Ibnu Katsir, ibid.
[20] Ibid.
[21] Chirzin, ibid., hal. 63.
[22] Nashr Hamid Abu Zaid, Mafhumun Nash; dirasah fi ulumil Qur'an (Mesir: Markaz Staqofy Al Araby, 2000), hal. 194.
[23] Al Qowaidul Hisan, Juz 1 hal. 49, CD Al Maktabah As Syamilah.
[24] Dalam S. Nasution, Prof. Dr. Didaktik Asas Asas Mengajar (Jemmars Bandung, 1986), hal. 158.
[25] Ibid., hal. 162.
[26] Lihat A. Tabrani Rusyan, Drs. Dkk. Pendekatan dalam proses belajar mengajar (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1994), hal. 209.
[27] Q.S. Al Mulk : 30.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar