Sabtu, 20 Oktober 2012

Filsafat Tahu & Pengetahuan


KHAIDARON MINGGU, 18 DESEMBER 2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Setelah berbagai sumber yang penulis dapatkan tentang pengertian tahu , pengetahuan dan ilmu pengetahuan baik yang tertulis maupun yang terucap agak sulit untuk dipahami oleh banyak orang, maka penulis mencoba pula mengungkapkan pengertian tahu,  pengetahuan dan ilmu pengetahuan dari perspektif lain, sehingga memudahkan banyak orang untuk memahaminyan. Disamping itu juga terdapat landasan yang kuat untuk membangun kerangka berfikir.
Setiap orang banyak tahu tentang sesuatu yang ada di alam raya ini. Hal-hal yang berkaitan dengan objek  yang diketahui tersebut dinamakan pengetahuan. Hal-hal yang berkaitan dengan objek  tersebut antara lain bentuk, ukuran, warna, sifat-sifat dan juga kwalitas. Disamping itu juga erat kaitanya dengan situasi atau kondisi objek yang diketahui, termasuk juga  peran, fungsi-fungsi dan lain-lain. Semuanya itu juga dibedakan dengan pemberian nama
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan diskripsi tersebut diatas maka masalah penelitian itu dirumuskan sebagai berikut:
1)      Apa definisi Tahu,Pengetahuan dan Ilmu pengetahuan ?
2)      Apa saja syarat-syarat ilmu ?
1.3 Tujuan penulisan
1)      Untuk menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh dosen.
2)      Agar kita mengetahui tentang tahu,pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
3)      Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat ilmu itu.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tahu, Pengetahuan, Dan Ilmu Pengetahuan
TAHU adalah gambaran atau kesan yang timbul dalam diri kita tentang sesuatu yang kita amati. Tahu dan pengetahuan tidak akan berakhir dibicarakan orang, kecuali jika dunia sudah kiamat. Alasanya yang sederhana tapi sangat penting yakni kalau manusia generasinya terus berlanjut. Sudah pasti tidak bisa disangkal, bahwa setiap generasi akan selalu hidup dengan pengetahuan. Berdasarkan hal demikian pulalah penulis ikut serta membicarakan apa itutahu dan pengetahuan. Sampai  saat ini telah banyak generasi yang telah berlalu, tentu sudah banyak pula ulama (para ilmuan) yang membicarakan seluk-beluk tentang pengatahuan. Analisanya tentu saja ada yang sama dan ada pula yang berbeda.
Setelah berbagai sumber yang penulis dapatkan tentang pengertian tahu dan pengetahuan , baik yang tertulis maupun yang terucap agak sulit untuk dipahami oleh banyak orang, maka penulis mencoba pula mengungkapkan pengertian tahu dan pengetahuan dari perspektif lain, sehingga memudahkan banyak orang untuk memahaminyan. Disamping itu juga terdapat landasan yang kuat untuk membangun kerangka berfikir.
Semua orang tahu, dan mungkin tidak ada yang tidak tahu, yaitu tahu tentang sesuatu. Ada orang  yang banyak pengetahuannya ada pulayang sedikit.Apa saja yang ada dan bila bersentuhan dengan panca indera, maka kita akan “ tahu “. Mungkin yang kita ketahui adalah nyaringnya bunyi lonceng, kita tahu tentang panasnya api, kita tahu tentang manisnya madu, dan kita tahu kasarnya permukaan sebuah batu. Dari contoh-contoh yang telah diungkapkan itu maka pengertian tentang tahu adalah gambaran atau kesan yang timbul dalam diri kita tentang sesuatu yang kita amati. Kesan-kesan tersebut diolah dan diterima atau difahami serta disimpan dalam hati (otak ?).
Biasanya apa yang kita amati dengan panca indera gambaran atau kesan yang kita peroleh diberi nama , misalnya air, pohon, mangga, batu, bunyi, manis dan lain sebagainya. Pemberian  nama ini suatu keharusan, wajib dilakukan.  Semua yang ada diberi nama, supaya sebutan tehadap sesuatu dapat disepakati oleh banyak orang atau masyarakat. Bila dibicarakan atau dikomunikasikan secara opersional mengandung maksud yang sama.
Setiap orang banyak tahu tentang sesuatu   yang ada di alam raya ini. Hal-hal yang berkaitan dengan objek  yang diketahui tersebut dinamakanpengetahuan. Hal-hal yang   berkaitan dengan objek  tersebut antara lain bentuk, ukuran, warna, sifat-sifat dan juga kwalitas. Disamping itu juga erat kaitanya dengan situasi atau kondisi objek yang diketahui, termasuk juga  peran, fungsi-fungsi dan lain-lain. Semuanya itu juga dibedakan dengan pemberian nama.
Selanjutnya, bagaimana kita bisa tahu tentang sesuatu ? Atau, bagaimana kita bisa berpengetahuan? Dalam dunia filsafat, para filusuf sering menggunakan istilah epistemologi dalam membahas bagaimana cara memperoleh pengetahuan atau bagaimana kita bisa tahu tentang sesuatu. Agar kita ber-pengetahuan tentu harus ada jalan atau metodologi untuk itu. Sekarang muncul pertanyaan bagaimana caranya seseorang bisa berpengetahuan ?

Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan  Al-quran, إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

sesungguhnya Allah maha  mengabarkan dengan apa yang telah kamu kerjakan ). Firman Allah sangat jelas dan mudah dipahami. Pengetahuan yang kita peroleh atau tahunya kita tentang sesuatu, adalah merupakan khabar atau berita yang diberikan Allah kepada kita. Allah memberikan berita melalui usaha atau kerja yang  kita lakukan. Kerja yang dimaksud disini, bisa berupa kerja yang sederhana dan dapat juga kerja yang sangat komplek. Untuk memudahkan pemaham terhadap  usaha atau kerja tersebut  tersebut penulis tampilkan contoh-contoh,  di mana  semua kita telah melakukanya.
Satu unit sederhana kerja yang kita lakukan misalnya adalah melihat. Kita pernah melihat sasuatu, misalnya melihat sepotong kayusetelah melihatpotongan kayu tersebut,  barulah kita tahu tentang kayu tersebut. Mungkin yang kita ketahui tentang kayu tersebut adalah bentuknya, warnanya dan posisi letaknya. Kita tidak akan pernah tahu tentang kayu tersebut kalau belum atau tidak pernah melihatnya. Dalam hal ini yang sangat menonjol adalah penggunaan metode membaca dan pengamatan.
Pekerjaan kita yang  sederhana lainya adalah mendengar. Setelah kita mendengarkan seekor induk ayam berkotek saat bertelur, barulah kita tahu bahwa begitulah suara induk ayam. Kita mendengar ayam jago berkokok di waktu subuh. Setelah mendengar  induk ayam bekotek dan ayam jago berkokok, barulah kita tahu begitulah suara ayam. Begitu pula  setelah kita mendengar, kita tahu ada perbedaan antara suara induk ayam dengan  suara ayam jago. Tentu saja kalau belum mendengar, sudah pasti kita tidak tahu suara ayam jago.
Jadi dari dua contoh kerja tersebut, dapat diyakini dan tidak bisa pula dipungkiri, bahwa melalui kerja itulah ( melihat dan mendegar ) Allah memberi tahu.
Sekarang kita lanjutkan analisanya, bentuk kerja yang sederhana lainya adalah mencium, setelah mencium buah  mangga ,barulah kita tahu bahwa buah mangga ada baunya dan begitulah baunya. Contoh kerja atau usaha yang lain berkaitan dengan perabaan dengan  kulit dan mencicipi dengan lidah. Dengan kata lain melakukan kerja atau usaha yang menggunakan panca indera  kita bisa tahu atau memperoleh pengetahuan. Kalau kita belum atau tidak ada  usaha tersebut, sudah pasti kita tidak tahu.dan tidak berpengetahuan.
Para pembaca yang budiman, mungkin tidak ada di antara kita yang tidak tahu dengan asinnya garam, manisnya rasa gula. Kita tahu setelah kita mencicipi atau memakannya. Panasnya api dan dinginnya es, semuanya itu karena kita telah menyentuhnya dengan kulit, tentu kita menjadi tahu.
Banyak lagi cara   atau usaha  membuat kita menjadi tahu kita tentang sesuatu,  dalam kontek yang lebih luas atau lebih komplek  kita mengenal metode belajar, seperti eksperimen atau penelitian. Setelah melalui proses eksperimen kita tahu hukum-hukum  kausalitas. Dengan ekperimen kita akan tahu tentang baik atau buruknya sesuatu bila telah berproses. Kita akan tahu baik atau buruknya sesuatu jika dihubungngkan dengan  kebutuhan. Proses eksperimen adalah kerja yang sudah termasuk kerja yang sifatnya komplek, artinya telah melibatkan banyak indera dan peralatan. Proses itulah yang mendatangkan  gambaran dalam diri kita secara lebih luas.
Adakalanya setelah selesai melaksanakan penelitian, dilakukanpula seminar hasil penelitian tersebut, sehingga memberikan masukan pula untuk melengkapi berita sekaitan dengan objek yang diteliti. Dengan seminar itu kita akan memperoleh gambaran yang lebih luas, kekurangan atau   kelebihan serta permasalahan lain yang terkait dengannya.
Setelah kita mendapatkan bayangan, gambaran atau kesan dari sesuatu, maka sesuatu itu diberi nama atau istilah. Akumulasi dari apa yang kita ketahui itulah yang disebut dengan pengetahuan ( bahasa arab, ilmu). Begitulah Nabi kita Adam as. diberitahu dia tentang   nama-nama semua  apa yang ada dilangit dan di bumi . Itulah  pengetahuan atau ilmu Nabi Adam as. Pada zaman sekarang pengetahuan itu telah diklasifikasi menurut objeknya. Misalnya ilmu tentang makhluk hidup diberi nama dengan Biologi dan sebagainya.

ILMU PENGETAHUAN

J. Haberer 1972  : Suatu hasil aktivitas manusia yang    merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi   pranata  dalam masyarakat.
J.D. Bernal 1977 : Suatu pranata atau metode yang    membentuk keyakinan mengenai alam semesta dan    manusia.
E. Cantote 1977 : Suatu hasil aktivitas manusia yang    mempunyai makna dan metode.1977 -1992
E.F. Schumacher  :  The perfections of science are   purely practical-the objective practical the objective, i.e.   independent of character and interests of the operator, measurable, recordable and repeatable.
Prof. Burr :  Like the fields of physics, sciences are part   of the organization of the universe and are influenced by the   fast forces of space .
Cambridge-Dictionary 1995 : Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai   objek dan tujuan tertentu dengan sistim, metode untuk berkembang serta berlaku universal yang dapat diuji    kebenarannya.
Menurut Sutrisno Hadi, ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur.
Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kdudukannya tampak dari luar, amupun menurut hubungannya dari dalam
Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak sederhana
Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah
Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah:
Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
Suatu pendekatan atau mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia
Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

Syarat-syarat ilmu

Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
  1. Objektif adalah Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
  2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
  3. Sistematis adalah dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
  4. Universal adalah kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tahu adalah gambaran atau kesan yang timbul dalam diri kita tentang sesuatu yang kita amati.
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

1.      Prof. Dr. C.A. van Peursen(2008). Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu? Bandung: Pustaka Sutra
2.       Wahid, Ramli Abdul(1996). Ulumul Qu'ran. Jakarta: Grafindo
3.       Vardiansyah, Dani. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. jakarta: Indeks
4.      Wikipedia Bahasa Indonesia. Ensiklopedi Bebas
5.      http//.www.google.com

sugengriyadicom.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar