Sabtu, 20 Oktober 2012

Pengetahuan


PENGETAHUAN DAN KEBENARAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU

Oleh 
Alfian Rokhmansyah, S.S.


A. PENDAHULUAN

Pengetahuan (knowledge) merupakan buah dari proses berpikir yang dilakukan manusia. Berpikir digunakan sebagai pemisah manusia dari sesama genus-nya, yaitu hewan. Kehebatan manusia dan keunggulannya dari spesies-spesies lain karena pengetahuan yang dimilikinya. Kemajuan manusia dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya. Lalu apa yang telah dan ingin diketahui oleh manusia? Bagaimana manusia berpengetahuan? Apa yang ia lakukan dan dengan apa agar memiliki pengetahuan? Kemudian apakah yang ia ketahui itu benar? Dan apa yang mejadi tolak ukur kebenaran?

Pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya sederhana sekali karena pertanyaan-pertanyaan ini sudah terjawab dengan sendirinya ketika manusia sudah masuk ke alam realita. Tetapi, ketika masalah-masalah itu diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu maka tidak menjadi sederhana lagi. Masalah-masalah itu akan berubah dari sesuatu yang mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang rumit (complicated). Oleh karena masalah-masalah itu dibawa ke dalam pembedahan ilmu, maka ia menjadi sesuatu yang diperselisihkan dan diperdebatkan. Perselisihan tentangnya menyebabkan perbedaan dalam cara memandang dunia (world view).

B. KONSEP PENGETAHUAN

1. Definisi Pengetahuan

Dalam Encyclopedia of Philosophy, pengetahuan didefinisikan sebagai kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Menurut Supratman (2006:134), pengetahuan adalah segala sesuatu yang dapat diketahui manusia dan hasil dari proses berpikir manusia yang melibatkan seluruh keyakinan berupa kesadaran tentang apa yang ingin diketahui. Dengan kata lain, pengetahuan merupakan hasil dari proses mengenal karena adanya hubungan antara subjek yang sadar dengan objek yang ingin dikenal.

2. Sumber-Sumber Pengetahuan
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Tetapi dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan itu didapat? Ada beberapa pedapat tentang sumber pengetahuan.

C. KRITERIA KEBENARAN

1. Definisi Kebenaran
Kata kebenaran dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun abstrak. Jadi ada dua pengertian kebenaran, yaitu (1) kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan (2) kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran) (Syafi’i, 1995). Jika subjek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan. Apabila subjek menyatakan kebenaran bahwa proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat atau karakteristik, hubungan dan nilai, hal yang demikian itu karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri.

2. Teori-Teori Kebenaran
Dalam perkembangan pemikiran filsafat, perbincangan tentang kebenaran sudah dimulai sejak Plato, kemudian diteruskan oleh Aristoteles. Plato melalui metode dialog membangun teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal. Sejak itu teori pengetahuan berkembang terus dengan mendapatkan penyempurnaan sampai sekarang. Hal itu seperti yang dikemukakan seorang filusuf abad XX Jaspers yang dikutip oleh Hamersma (1985) mengemukakan bahwa sebenarnya para pemikir sekarang ini hanya melengkapi dan menyempurnakan filsafat plato dan filsafat Aristoteles. Teori kebenaran selalu paralel dengan teori pengetahuan yang dibangunnya.

3. Kebenaran Ilmiah
Suatu kebenaran ilmiah lahir dari hasil penelitian ilmiah. Jadi agar kebenaran tersebut dapat muncul maka harus melalui proses-proses atau suatu prosedur. Prosedur baku yang harus dilalui adalah tahaan-tahapan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah, yang pada hakikatnya berupa teori, melalui metodologi ilmiah yang baku sesuai dengan sifat dasar ilmu. Maksudnya, adalah setiap ilmu secara tegas menetapkan jenis objek secara ketat apakah objek itu berupa hal konkrit atau abstrak. Selain itu ilmu menetapkan langkah-langkah ilmiah sesuai dengan objek yang dihadapinya itu.

D. PENUTUP
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaakan oleh manusia serta proses atau prosedur suatu penelitian ilmiah. Teori-teori kebenaran ada tujuh, yakni korespondensi, koherensi, pragmatis, sintaksis, semantis, non-deskripsi, dan kebenaran logis yang berlebihan. Teori-teori tersebut mencoba untuk menjelaskan tentang apa itu kebenaran. Kebenaran ilmiah bersifat obyektif dan universal.

Dalam teori keilmuan, untuk membuktikan kebenaran ilmiah dari suatu pernyataan ilmiah harus sesuai dengan sifat dasar metodologis yang digunakan dan sangat bergantung pada konvensi serta peran masyarakat dalam menentukan karakteristik kebenaran ilmiah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Lorens. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bakhtiar, Amsal. 2006. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Gie, The Liang. 2003. Sejarah Ilmu-Ilmu dari Masa Kuno sampai Zaman Modern. Yogyakarta: Sabda Persada.
Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat II. Yogyakarta: Kanisius.
Khonsim. 2006. “Dasar-Dasar Pengetahuan” dalam Filsafat Ilmu. Semarang: UPT MKU Universitas Negeri Semarang.
Poedjawijatna, I.R. 1987. Tahu dan Pengetahuan: Pengantar ke IImu dan Filsafat. Jakarta: Bina Aksara.
Qadir C.A. 2002. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Salam, Burhanuddin. 1995. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Semarna, Cecep. 2004. Filsafat Ilmu dari Hakekat Menuju Nilai. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Semiawan, Conny dkk. 2005. Panorama Filsafat Ilmu Landasan Perkembangan Ilmu Sepanjang Zaman. Jakarta: Teraju.
Sudarsono. 2001. Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumiasumantri, Jujun S. 2005. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.
Supratman, S. Dandan. 2006. “Dimensi Keilmuan” dalam Filsafat Ilmu.Semarang: UPT MKU Universitas Negeri Semarang.
Syafi’i, Inu Kencana. 1995. Filsafat Kehidupan (Prakata). Jakarta: Bumi Aksara.
Titus, Harold H., dkk. 1987. Persoalan-Persoalan Filsafat. Diterjemahkan oleh H.M. Rasyidi dari buku Living Issues in Philasophy. Jakarta: Bulan Bintang.
Wibisono, Koento. 1982. Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar